Sabtu, 19 Mei 2012

Makalah Hakikat Agama


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Di dalam hidup bermasyarakat banyak kita mengenal agama. Di Indonesia saja ada 5 agama yang kita kenal. Agama merupakan hak asasi yang dimiliki oleh diri setiap individu yang diatur dalam undang- undang yang ada di Negara.
1.2  Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang akan dijadikan bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah. Diantaranya yaitu :
1.      Apa- apa saja pengertian agama dan unsur- unsure pokoknya
2.       Apa- apa saja klasifikasi agama
3.      Apa- apa itu islam rahmatan lil’alamin
1.3  Tujuan Penulisan
 Tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama, juga bertujuan antara lain :
1.      Mengetahui apa pengertian agama dan unsur- unsur pokok yang terdapat di dalam agama Islam
2.      Mengetahui apa- apa saja klasifikasi agama dan
3.      Mengetahui islam sebagai  rahmatan lil’alamin
1.4  Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat agar kita bisa mengetahui apa- apa saja lingkup dalam agama Islam yang mencakup apa itu pengertian agama, unsur pokok dalam agama, klasifikasi agama dan agama islam sebagai rahmatan lil’alamin.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Sedangkan kaum agamawan berpendapat bahwa agama diturunkan TUHAN Allah kepada manusia. Artinya, agama berasal dari Allah. Ia menurunkan agama agar manusia menyembah-Nya dengan baik dan benar; ada juga yang berpendapat bahwa agama adalah tindakan manusia untuk menyembah TUHAN Allah yang telah mengasihinya. Dan masih banyak lagi pandangan tentang agama, misalnya:
1.      Agama ialah [sikon manusia yang] percaya adanya TUHAN, dewa, Ilahi; dan manusia yang percaya tersebut, menyembah serta berbhakti kepada-Nya, serta melaksanakan berbagai macam atau bentuk kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut
2.      Agama adalah cara-cara penyembahan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu Yang Dipercayai berkuasa terhadap hidup dan kehidupan serta alam semesta; cara-cara tersebut bervariasi sesuai dengan sikon hidup dan kehidupan masyarakat yang menganutnya atau penganutnya
3.      Agama ialah percaya adanya TUHAN Yang Maha Esa dan hukum-hukum-Nya. Hukum-hukum TUHAN tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya; utusan-utusan itu adalah orang-orang yang dipilih secara khusus oleh TUHAN sebagai pembawa agama. Agama dan semua peraturan serta hukum-hukum keagamaan diturunkan TUHAN [kepada manusia] untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat
Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi [yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia] upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus [secara pribadi dan bersama] yang ditujukan kepada Ilahi.
Secara khusus, agama adalah tanggapan manusia terhadap penyataan TUHAN Allah. Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal TUHAN Allah, maka Ia menyatakan Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan menyembah-Nya. Jadi, agama datang dari manusia, bukan TUHAN Allah. Makna yang khusus inilah yang merupakan pemahaman iman Kristen mengenai Agama.
2.2 Pembahasan Masalah
1. Pengertian Agama
Pengertian agama islam dapat kita lihat melalui dua aspek yaitu aspek kebahasaan dan peristilahan. Dari segi kebahasaan islam bersal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yaitu selamat, sentosa dan damai.
Dari kata salima selanjutnya dilanjutkan ke kata aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat kepada ALLAH adalah orang muslim.
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, dan taat dan berserah diri kepada ALLAH S.W.T dalam mencari keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat.
Adapun dari segi istilah banyak para ahli yang mengatakan salah satunya Prof. Dr. Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa islam menurut istilah ( islam sebagai agama ) adalah agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui nabi Muhammad S.A.W sebagai rasul. Islam pada hakikatnya mengajarkan banyak aspek bukan hanya dari satu aspek saja. Sementara Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa agama islam adalah agama perdamaian dua ajaran pokoknya yaitu Keesaan ALLAH dan kesatuan dan persatuan umat manusia yang menjadi bukti bahwa agama islam selaras dengan namanya.
2.      Unsur- unsur dalam agama
Setiap agama pada dasarnya terdiri dari empat unsur, yaitu:
1.      Ajaran (= teori; konsep) sebagai sisi gaib
2.      Iman sebagai interaksi antara pelaku dan konsep,
3.      Ritus (= upacara) sebagai sistem lambang, dan
4.      Praktik ( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan individu dan masyarakat.
Dalam dïnul-islãm (‘agama Islam’) keempat unsur itu terungkap melalui Hadis Jibril, yang mencakup butir-butir di bawah ini.
1.  Ajaran Allah sebagai konsep hidup
Dalam dialog tentang iman, Rasulullah menegaskan tentang masalah terpenting dari dïnul-islãm, yaitu adanya interaksi antara seorang mu’min dengan ajaran Allah, yang disampaikan (diajarkan) melalui malaikat-malaikatNya, dalam bentuk kitab-kitab, yang diterima rasul-rasulNya, untuk mencapai tujuan akhir (kehidupan yang baik di dunia dan akhirat), dengan menjadikan ajaran Allah sebagai qadar (ukuran; standard; teori nilai) baik-buruk menurutNya.
Ajaran Allah yang dimaksud adalah Al-Qurãn. Al-Qurãn sebagai qadr atau taqdïr adalah sisi gaib (abstract level) dari dïnul-islãm, yang merupakan “teori nilai” untuk menentukan baik buruknya segala sesuatu menurut pandangan Allah.
2. Îmãn sebagai interaksi
Iman pada hakikatnya adalah interaksi (aksi timbal balik) antara Allah sebagai pemberi konsep hidup dengan si mu’min yang menyambut da’wah (ajakan; tawaran) Allah melalui rasulNya. Selanjutnya, interaksi itu berlangsung intensif  melalui penghayatan si mu’min terhadap Al-Qurãn, sehingga Al-Qurãn menjadi satu-satunya konsep hidup yang tumbuh subur dalam ‘organ kesadaran’ (al-qalbu) si mu’min, yang selanjut meledak dan membanjir keluar melalui indra pengucapan (al-lisãnu), dan akhirnya menjelma menjadi berbagai bentuk tindakan dan kretifitas (al-‘amalu). Tepat seperti dinyatakan Rasulullah, misalnya dalam hadis riwayat Ibnu Majah:  الإيمان عقد بالفلب و إقرار باللسان و عمل بالأركان .
3. Ritus sebagai sistem lambang
Dalam dïnul-islãm ada sejumlah ritus yang dalam Hadis Jibril disebut dengan nama Al-Islãm pula, yaitu:
1.       Syahãdah sebagai sumpah setia (bay’ah). Pada masa Rasulullah jelas bahwa syahadat (syahãdah) adalah sebuah ‘upacara’ (ritus) untuk menyatakan sumpah setia seseorang terhadap dïnul-islãm, alias untuk meresmikan rekrutmen seseorang atau sejumlah orang sebagai anggota bun-yãnul-islãm (organisasi Islam).
2.      Shalat sebaga sarana pembatinan nilai-nilai Al-Qurãn, sekaligus pembinaan jama’ah/korp Islam. Orang-orang yang menyatakan diri (bersyahadat) sebagai anggota organisasi Islam tentu harus memahami dan menghayati konsep organisasinya, yakni Al-Qurãn. Hal itu dilakukan melalui shalat, yang bacaan pokoknya adalah surat Al-Fãtihah (ummul-qurãn) ditambah dengan surat-surat lain yang terus dipelajarinya. Selain itu, melalui shalat jama’ah, mereka juga belajar untuk membangun sebuah jama’ah atau korp yang rapi dan kompak.
3.      Zakat sebagai sistem ekonomi. Zakat, mulai dari zakat harta sampai zakat fitrah, pada hakikatnya melambangkan kesediaan setiap mu’min yang mampu untuk mendanai organisasi dan memperkuat jama’ah. Lebih lanjut, setelah organisasi menjelma menjadi sebuah sistem yang dipercaya untuk menata kehidupan umat (jama’ah mu’min plus komunitas-komunitas lain, seperti terlihat pada Piagam Madinah), maka zakat itu pun dikembangkan menjadi sistem ekonomi masyarakat secara umum.
4.      Shaum Ramadhan sebagai pembina ketahanan mental dan fisik dalam menerapkan nilai-nilai Al-Qurãn. Seluruh anggota organisasi jelas membutuhkan pembinaan mental dan fisik, supaya menjadi anggota-anggota yang militan dan tangguh. Shaum Ramadhan adalah sarana yang tepat untuk itu.
5.       Haji sebagai sarana pemersatu umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan ritus yang paling istimewa di antara kelima ritus dalam dïnul-islãm. Melalui hajilah umat Islam sedunia berkumpul, menjalin persahabatan, persaudaraan, dan persatuan berdasar kesamaan iman.
4. Praktik sebagai perwujudan konsep
Dïnul-islãm pada dasarnya adalah agama yang berorientasi pada praktik (amal). Tapi supaya praktiknya tidak dilakukan sembarangan, Allah menempatkan rasulNya sebagai tokoh sentral untuk memimpin dan memberikan contoh penerapan setiap aspek ajaran Islam, mulai dari yang bersifat individu sampai pada yang bersifat kemasyarakatan. Tegasnya, pribadi Rasulullah adalah contoh sempurna dari individu mu’min, dan masyarakat yang dibangun beliau bersama jama’ahnya juga, otomatis, merupakan bentuk masyarakat yang ideal. Sebuah masyarakat yang mewakili Al-Qurãn sebagai konsepnya.
5.  Ihsãn sebagai sistem kendali
Seperti ditegaskan Rasulullah dalam Hadis riwayat Muslim, bahwa Allah menentukan al-ihsãn(u) pada setiap urusan, sampai pada urusan menyembelih hewan, maka bisa disimpulkan bahwa ihsan adalah sistem kendali (kontrol) atas setiap pelaksanaan ajaran Allah.
Dengan demikian, harfiah, ihsan bisa diterjemahkan sebagai “kecermatan, ketelitian, dan keseksamaan dalam melaksanakan ajaran Allah”.
Bagi kita sekarang, sikap ihsan harus diterapkan pertama-tama dalam konteks studi ajaran Allah itu sendiri, yang mencakup musshaf Al-Qurãn, kitab-kitab Hadits, plus buku-buku sejarah, dan lain-lain yang berkaitan. Studi ini harus mengarah pada “ditemukannya makna Al-Qurãn yang utuh dan murni”, yaitu suatu makna yang mampu merekonstruksi pribadi-pribadi (tokoh-tokoh), jama’ah, dan umat yang dulu dibangun Rasulullah bersama para sahabat beliau. Suatu makna yang pertama-tama, mampu menegaskan bahwa persatuan para mu’min adalah mutlak wajib, dan perpecahan mereka adalah mutlak haram.

6.  Sã’ah sebagai peluang da’wah
Harfiah, sã’ah berarti waktu, tapi waktu di sini bukanlah sembarang waktu. Dalam konteks Nabi Muhammad pada masanya, sã’ah yang dimaksud adalah  waktu yang dibentangkan Allah sebagai wilayah da’wah hingga mencapai hasil. Tepatnya, waktu yang dimaksud adalah 13 tahun dalam Periode Makkah, dan 10 tahun dalam Periode Madinah. Yang pertama (Periode Makkah) merupakan masa perjuangan untuk memperkenalkan konsep Allah dan membangun jama’ah. Yang kedua (Periode Madinah) adalah masa pembangunan konsep Allah itu menjadi sebuah sistem pemerintahan.
Tanda-tanda sã’ah sebagai gambaran tujuan
Melalui Hadis Jibril kita mendapat gambaran bahwa tujuan penegakan ajaran Allah pada dasarnya adalah demi mencapai target-target:
1.      Lenyapnya diskriminasi kelas dan gender, yang merupakan produk feodalisme dan antek-anteknya, dan
2.      Lenyapnya kemiskinan struktural, yang merupakan produk kapitalisme dan antek-anteknya.
Feodalisme dan kapitalisme adalah musuh Al-Qurãn pada masa Rasulullah, dan juga pada masa sekarang.
3.      Klasifikasi Agama dan Agama Islam
Ditinjau dari sumbernya, agama dibagi 2 yaitu:
1.      Agama wahyu (revealed religion) disebut juga dengan agama langit yang artinya agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui malaikat jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia.
Ciri-cirinya adalah:
a. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
b. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya
c. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia
d. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan   kepekaan manusia
e. Konsep ketuhanannya monotheisme mutlak (tauhid)
f.  Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.  
 Yang termasuk dalam kelompok agama wahyu adalah sebagai berikut :
1. Agama Islam dengan kitab sucinya Alquran yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril, untuk seluruh manusia dan semesta alam.
2. Agama Kristen (nasrani) dengan kitab sucinya “Injil” diturunkan Allah kepada Isa AS, melalui malaikat Jibril kepada untuk Kaum Bani Israil.
3. Agama Yahudi, dengan kitab sucinya “Taurat” diturunkan kepada nabi Musa AS, melalui malaikat Jibril untuk kaum Bani Israil.

2. Agama budaya (cultural religion) disebut juga dengan agama bumi yang artinya bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam.
Ciri-cirinya adalah:
a.        Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya
b.        Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul)
c.        Umumnya tidak memiliki kitab suci
d.       Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran penganutnya
e.         Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi adalah onotheisme nisbi
f.         Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
Yang termasuk agama non wahyu yaitu Zoroasterianisme, Konfusionisme, Thaoisme, Shintoisme, Budhisme.
Perbedaan ke2 agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the World sebagai berikut:
1.      Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan, sedangkan agama budaya tidak  demikian
2.      Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama budaya tidak
3.      Agama wahyu sumber utamanya adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan
           agama budaya kitab suci tidak penting
4.      Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama budaya lahir di luar itu
5.      Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras simetik
6.      Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik spiritual maupun material, sedangkan agama budaya lebih menitik beratkan aspek spiritual saja.
7.      Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama budaya kabur dan elastis.
4.      Islam rahmatan lil’alamin
            Pengertian rahmatan. Kata ‘rahmatan” kata bahas Arab yaitu “rohima” yang didasarkan menjadi “ rahmatan’ yang artinya kasih sayang.  Pengertian lil’alamin. Kata “Al-alamin” adalah kata bahasa Arab yaitu “alam” yang dijama’kan menjadi “alamin” yang artinya alam semesta yang mencakup bumi beserta isinya.
 Maka yang dimaksud dengan islam rahmatan lil’alamin adalah islam yang kehadirannya ditengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
 Keadaan Bumi Sebelum Islam
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yaitu pada saat Rasulullah SAW berumur 14 tahun. Keadaan bumi sebelum masuknya Islam merupakan keadaan yang amat buruk dan menggenaskan dimana sebagian dari manusia ada menyembah pohon, batu, patung (berhala), matahari, bulan dan bintang, bahkan ada yang menyembah sesama manusia yang mana kesemuanya itu adalah ciptaan Allah SWT. Manusia yang hidup dimasa itu tidak lagi mempunyai rasa kemanusiaan dan keadilan. Yang kuat akan semakin berdiri tegak dan ditakuti, sedangkan yang lemah akan semakin tertindas.
Kebiasaan-kebiasaan manusia pada saat itu tidak lagi mencerminkan manusia yang mempunyai akal seperti yang telah diberikan Allah SWT untuk berfikir dan merenungkan karunia dan ni’mat Allah SWT melainkan akal mereka telah ditundukkan oleh hawa nafsu. Kezaliman terjadi dimana-mana. Bahkan mereka tega untuk mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru saja dilahirkan oleh ibunya. Karena mereka menganggap anak perempuan itu adalah aib bagi mereka.
Islam Dibawa Oleh Nabi Muhammad
Muhammad SAW lahir di Makkah pada tahun  570 M. Karna ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan dan ibunya meninggal dalam waktu yang tidak lama setelah ayahnya, maka ia di besarkan oleh pamannya yang berasal dari suku Quraisy yang  terhormat. la, besar dalam, keadaan buta huruf, tidak dapat membaca dan menulis sampai ia wafat.  Masyarakatnya, sebelum ia mendapatkan risalah kenabian, adalah masyarakat yang tidak memperdulikan pengetahuan dan kebanyakan dari mereka, adalah buta huruf. Ketika ia menginjak, dewasa, ia dikenal sebagai orang yang berkata benar, jujur, dapat dipercaya, dermawan dan berhati mulia. Dia sangat dapat dipercaya sehingga ia mendapat julukan al-amin (orang yang dapat dipercaya). Muhammad SAW adalah orang yang taat beragama. Dan ia sangat membenci kerusakan moral dan penyembahan berhala yang dilakukan masyarakatnya.
Pada umur 40 tahun, Muhammad SAW menerima Wahyu yang pertama, dari Allah SWT dengan perantaraan, malaikat Jibril. Wahyu-wahyu itu turun selama 23 tahun, dan kurnpulan wahyu itu disebut Al-Qur'an.
Tidak lama setelah ia mulai membacakan Al-Qur'an dan menyebarkan kebenaran yang telah di turunkan Allah SWT kepadanya, ia dan sekelompok kecil sahabat meadapatkan siksaan dari orang-orang kafir. Karena siksaan itu semakin bertambah hebat maka pada tahun 622M Allah SWT memerintahkan mereka untuk berhijrah. Dari Makkah ke kota Madinah yang berjarak 260 mil utara. Yang menjadi tanda di mulainya permulaan, kalender bagi umat Islam.
Setelah beberapa tahun, Muhammad SAW dan para sahabatnya dapat kembali ke Makkah, dimana mereka memberi maaf pada musuh-musuhnya. Sebelum Muhammad SAW wafat pada umur 63 tahun, sebagian besar orang-orang sememjung Arab telah memeluk agarna  Islam dan pada abad kemangkatannya, Islam telah tersebar ke Spayol dibagian barat dan timur sampai ke Cina. diantara faktor-faktor yang menjadikan Islam berkembang dengan cepat dan damai adalah karena kebenaran dan kejelasan. Islam hanya mengajak beriman kepada Allah SWT Yang Maha Esa Dialah Tuhan Yang Patut di Sembah.
 Islam Agama Rahmatan Lil’alamin
Hadirnya Islam di dunia membuat perubahan besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam pengembangan i1mu. pengetahuan. Karma Islam memerintalikan untuk menggunakan kekuatan intelegasinya dan obsesinya, dalam beberapa tahun penyebaran agama Islam peradaban dan universitas-universitas berkembang dengan pesat, Serta pemikiran yang baru dengan yang lama menghasilkan kemajuan dalam bidang medis, matematika, fisika, astronomi, geografi, arstektur, seni sastra dan sejarah. Banyak system yang krusial seperti Aljabar, Angka Arab, dan konsep angka nol (bilangan yang amat dipadukan dalam kemajuan ilmu eksakta) yang disebarkan ke Eropa pada abad pertengahan berasal dan duma Islam. Peralatan-peralatan yang canggih memungkinkan orang-orang Eropa melakukan perjalanan untuk penemuan seperti astrolabe, kuadran, pets navigasi yang " juga dikembangkan oleh umat Islam. Itulah sebabnya Islam disebut agama yang rahmat dan al'amin karena Islam hadir ke dunia mambawa karma yang amat berarti bagi manusia bukan saja umat Muslim tapi seluruh ciptaan Allah SWT di jagad raya termasuk non mislim.
Banyak sekali sumbangan Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bumi, beberapa diantaranya :
Rahmat adalah karunia yang dalam ajaran agama terbagi dua. Rahmat dalam konteks rahman dan rahmat dalam konteks rahim. Rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat amma kulla syai’ meliputi segala hal, sehingga orang-orang non Muslim mempunyai hak kerahmanan. Rahim adalah kerahmatan Allah yang hanya diberikan  kepada orang islam. Jadi rahim itu adalah Khoshshun lil Muslim. Apabila islam dilakukan secara benar, rahman dan rahim allah akan turun semuanya.
Dengan demikian berlaku hukum Sunnatullah. Baik muslim maupun non muslim kalau mereka melakukan hal-hal yang diperlukan kerahmanan, maka mereka akan mendapatkan hasilnya. Kendati mereka muslim tetapi mereka tidak melakukan iktiar kerahmanan, maka mereka tidak akan mendapatkan hasilnya. Dengan kata lain, karunia rahman itu berlaku hukum kompetitif. Misalnya orang islam tidak melakukan kegiatan belajar maka tidak bisa dan tidak akan menjadi pintar. Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan meski dia non muslim mereka akan mendapatkan pengetahuan.

 BAB III
PENUTUP
3.      1 Kesimpulan
Selama 15 abad-Islam di muka bumi ini, implementasi rahmat bagi semesta alam sudah meluas hampir ke berbagai belahan dunia. Secara etimologis, Islam berarti damai, sedangkan rahmatan lil `alamin berarti `kasih sayang bagi semesta alam'. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan lil'alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
Rahmatan lil'alamin adalah istilah qurani dan istilah itu sudah terdapat dalam Alquran, yaitu sebagaimana firman Allah dalam Surat Al- Anbiya' ayat 107:
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar, dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat untuk orang Islam maupun untuk seluruh alam.
3.2 Saran
                 Dalam kehidupan beragama harus ditanamkan sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Karena sesama muslim atau manusia adalah bersaudara. Dan Agama Islam sangat cinta perdamaian.

Masalah Morfologi pada Anak SD


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam morfologi dibicarakan seluk beluk morfem, bagaimana cara menentukan sebuah bentuk morfem atau bukan, bagaimana morfem- morfem itu menjadi sebuah kata yaitu satuan terkecil dalam sintaksis. Dan membahas bagaimana proses morfemis yang berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi dan modifikasi intern. 
a.       Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Proses afiksasi dapat dibedakan atas prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan tranfiks.
b.      Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian ( parsial ) maupun dengan perubahan bunyi.
c.        Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
d.      Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
e.       Sedangkan modifikasi intern adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur- unsur ( yang biasa berupa vokal ) ke dalam morfem yang berkerangka tetap ( yang biasanya berupa konsonan ).
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini bagaimana proses afiksasi yaitu prefiks (awalan) pada imbuhan me-.




1.2  Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa yang menjadi masalah bagi anak SD dalam tataran kajian proses morfemis yang berkenaan dengan salah satu proses afiksasi yaitu proses prefiks (awalan) me-.
2.      Apa solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut.
1.3  Tujuan penulisan
Makalah ini memiliki tujuan yaitu menganalisi permasalahan prefiks me- pada siswa SD dan mengkaji masalah tersebut. Berdasarkan teori dan pemahaman yang ada sehingga data menemukan solusi dari masalah tersebut.
Dengan ditemukannya solusi terhada masalah prefiks me- yang terjadi pada siswa SD tersebut, maka siswa dapat menggunakan kata berimbuhan dengan benar sesuai dengan kaedah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kajian Kebahasaan SD 1 , juga mempunyai manfaat antara lain :
1.      Menambah wawasan tentang proses morfemis yang yang berkenaan dengan salah satu proses afiksasi yaitu proses prefiks (awalan) me-.
2.      Mengetahui bagaimana solusi yang diberikan oleh seorang guru dalam pembelajaran proses prefiks ( awalan ) me- tersebut agar peserta didik mengerti.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Salah satu proses morfemis adalah afiksasi. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur- unsur (1) dasar atau bentuk dasar (2) afiks dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif. Namun, proses ini tidak berrlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang tidak mengenal proses afiksasi ini.
Bentuk dasar atau dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar, yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi, misalnya meja, beli, makan, dan sikat. Dapat juga berupa bentuk kompleks, seperti terbelakang pada kata keterbelakangan, berlaku pada kata memperlakukan, dan aturan pada kata beraturan. Dapat juga berupa frase seperti ikut serta pada keikutsertaan, istri simpanan pada istri simpanannya, dan tiba di Jakarta pada setiba di Jakarta.
Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentujan kata. Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya, dibedakan adanya dua jenis afiks yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif. Yang dimaksud dengan afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kaya- kata inflektif atau paradigma infleksional. Misalnya prefiks me- yang inflektif dan prefiks me- yang derivatif. Sebagai afiks inflektif prefiks me- menandai bentuk kalimat indikatif aktif, sebagai kebalikan dari prefiks di- yang menandai bentuk indikatif pasif. Sebagai afiks derivatif, prefiks me- membentuk kata baru, yaitu kata identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya, terdapat pada kata membengkak yang berkelas verba dari dasar ajektifa atau mematung yang berkelas verba dari dasar nomina.
Ada beberapa macam proses afiksasi dan salah satunya adalah prefiks. Yang dimaksud dengan prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Prefiks dapat muncul bersama dengan sufiks atau prefiks lain. Misalnya prefiks ber- bersama sufiks –kan pada kata berdasarkan, prefiks me- dengan sufiks kan- pada kata mengiringkan, prefiks ber- dengan infiks -em- dan sufiks –an pada kata bergemetaran.
2.2  Pembahasan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah bagaimana afiksasi atau awalan pada afiks me- pada pembelajaran anak Sekolah dasar. Pelajaran ini dipelajari oleh anak kelas V pada semester I. Masalah yang terdapat pada anak- anak ini adalah mereka kurang bisa pada variasi awalan me-. 
·         Misalnya pada awalan me- menjadi men- kalau dirangkaikan dengan kata asal yang awalnya huruf konsonan /d/, /c/, /j/.
Contohnya:
a.       me + cubit à anak- anak biasanya menulis menyubit yang seharusnya adalah mencubit.
b.      me +  contoh à anak- anak biasanya menulis menyontoh yang seharusnya adalah mencontoh.
·         Awalan me- menjadi meny- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya berkonsonan /s/.
Contohnya:
a.       me + sapu à anak- anak biasanya menulis mensapu yang seharusnya menyapu.
·         Awalan me- yang mendapat imbuhan /sy/.
Contohnya:
a.       me + syiarkan à  anak- anak biasanya menulis  menyiarkan yang seharusnya adalah mensyiarkan.
      Sehingga dapat diajarkan kepada anak didik, ada beberapa variasi awalan me-
1.      Awalan me- menjadi men- kalau dirangkaikan dengan kata asal yang awalnya huruf konsonan /d/, /c/, /j/, /t/
Misalnya:
me + dapat   à mendapat
me + debat   à mendebat
me + curi      à mencuri
me + cabut   à mencabut
me + jumlah à menjumlah
me + jaga     à menjaga
me + tulis     à menulis
2.      Awalan me- menjadi meny- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya berkonsonan /s/, konsonan /s/ umumnya luluh. Dan yang berkonsonan /sy/, konsonan /sy/ tidak luluh.
Misalnya:
me + sapu       à  menyapu
me + syiarkan à mensyiarkan
3.      Awalan me- menjadi meng- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya bervokal /a/, /i/, /e/, /u/, /o/, dan konsonan /h/, /kh/, /k/.
Misalnya:
me + ambil   à mengambil
me + injak    à menginjak
me + ejek     à mengejek
me + embun à mengembun
me + obral   à mengobral
me + urus    à mengurus
me + harap  à mengharap
me + khayal à mengkhayal
me + karang à mengarang
me + alir      à mengalir
4.      Awalan me- menjadi mem- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya berkonsonan /b/, /p/, /f/, /v/
Misalnya:
me + beku   à membeku
me + pukul à memukul
me + fitnah à memfitnah
me + veto   à memveto
5.      Awalan me- tetap berbentuk me- jika dirangkaikan dengan kata yang awalnya berkonsonan /l/, /r/, /w/, /m/, /n/, /ng/, /ny/.
Misalnya:
me + laju          à melaju
me + rusak       à merusak
me + wangi      à mewangi
me + minta       à meminta
me + nari          à menari
me + ngemil     à mengemil
me + penyanyi à menyanyi.
6.      Awalan me- yang mengalami perubahan dengan menge-
Misalnya :
me + suku tunggal  ( tik )    à mengetik
me + suku tunggal  ( bom ) à mengebom
me + suku tunggal  ( pel )   à mengepel
me + suku tunggal  ( las )   à mengelas
Dari penjelasan pengimbuhan awalan me- di atas dapat kita catat bahwa:
a.       Huruf fonem k,p,t,s diawal bentuk dasar luluh sehingga yang terjadi adalah urutan bentuk:
meng-
mem-
men-
menye-
b.      Huruf c dan sy diawal bentuk dasar tidak luluh.
bentuk penulisannya menjadi:
                                                  menc-
                                                  mensy-

me + cubit à mencubit                                    bukan menyubit
me + contoh à mencontoh                              bukan menyontoh
me + cinta à mencinta                                     bukan menyinta
            me + syiarkan à mensyiarkan                          bukan menyiarkan
me + syariatkan à mesyariatkan                      bukan menyariatkan

Solusi terhadap Masalah
Jadi solusi yang diberikan kepada anak didik ketika mengajarkan prefiks ( awalan ) me- ini adalah
1.      Guru harus mampu memberikan dan menjelaskan bagaimana awalan me- itu ketika ditambah oleh huruf vokal ataupun huruf konsonan, apakah mengalami peluluhan atau tidak mengalami peluluhan, kepada peserta didiknya.
2.      Guru harus banyak memberikan evaluasi (latihan) atau pekerjaan rumah kepada peserta didik yang menyangkut masalah imbuhan yang diberi awalan (prefiks) tersebut.
3.      Ketika peserta didik (siswa) diberikan evaluasi (latihan) apabila ada yang tidak dimengerti siswa maka guru harus mengulang kembali atau menjelaskan kembali beserta contoh, sehingga siswa benar- benar mengerti.
4.      Guru adalah model. Sehingga guru harus mampu mencontohkan bagaimana penggunaan awalan tersebut, baik dalam berbicara secara lisan maupun dalam tulisan.
    
 BAB III
   PENUTUP

3.1 Kesimpulan
·         Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/, /j/, /c/, apabila mengikuti morfem afiks me- fonem tersebut akan luluh. Sedangkan apabila dengan fonem /d/ fonem tersebut akan luluh.
·         Bentuk dasar yang berwal dengan fonem /s/, apabila mengikuti morfem afiks me-, fonem tersebut akan luluh. Sedangkan pada fonem /sy/ fonem tersebut tidak akan luluh
·         Bentuk dasar yang berasal dari huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan huruf konsonan /k/, /kh/, dan /h/ apabila ditambahkan dengan awalan me-, maka awalan akan berubah menjadi meng-
·         Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p/, apabila mengikuti morfem afiks me-, fonem tersebut akan luluh. Sedangkan, bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/, dan /f/, apabila mengikuti morfem afiks me-, fonem tersebut tidak akan luluh.
·         Awalan me- tetap berbentuk me- jika dirangkaikan dengan kata yang awalnya berkonsonan /l/, /r/, /w/, /m/, /n/, /ng/, /ny/.
3.2 Saran
      Setelah mengidentifikasi masalah- masalah yang terjadi pada siswa Sekolah Dasar (SD), diharapkan guru mampu dan dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang terjadi pada peserta didiknya dalam penggunaan prefiks me- tersebut.
      Penulis mengharapkan pembaca memberikan saran dan krikitan terhadap masalah yang diungkapkan oleh penulis, sehingga dapat memberikan manfaat kepada pihak lain yang membaca makalah ini.