BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam morfologi dibicarakan seluk beluk morfem,
bagaimana cara menentukan sebuah bentuk morfem atau bukan, bagaimana morfem-
morfem itu menjadi sebuah kata yaitu satuan terkecil dalam sintaksis. Dan
membahas bagaimana proses morfemis yang berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi,
komposisi, konversi dan modifikasi intern.
a. Afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Proses
afiksasi dapat dibedakan atas prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan
tranfiks.
b. Reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagian ( parsial ) maupun dengan perubahan bunyi.
c. Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan
morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga
terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau
yang baru.
d. Konversi
adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
perubahan unsur segmental.
e. Sedangkan
modifikasi intern adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur- unsur
( yang biasa berupa vokal ) ke dalam morfem yang berkerangka tetap ( yang
biasanya berupa konsonan ).
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
bagaimana proses afiksasi yaitu prefiks (awalan) pada imbuhan me-.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi masalah bagi anak
SD dalam tataran kajian proses morfemis yang berkenaan dengan salah satu proses
afiksasi yaitu proses prefiks (awalan) me-.
2. Apa solusi yang diberikan untuk mengatasi
masalah tersebut.
1.3 Tujuan
penulisan
Makalah ini memiliki tujuan yaitu menganalisi
permasalahan prefiks me- pada siswa
SD dan mengkaji masalah tersebut. Berdasarkan teori dan pemahaman yang ada
sehingga data menemukan solusi dari masalah tersebut.
Dengan ditemukannya solusi terhada masalah prefiks me- yang terjadi pada siswa SD tersebut,
maka siswa dapat menggunakan kata berimbuhan dengan benar sesuai dengan kaedah
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini selain untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kajian Kebahasaan SD 1 , juga
mempunyai manfaat antara lain :
1. Menambah
wawasan tentang proses morfemis yang yang berkenaan dengan salah satu proses afiksasi yaitu
proses prefiks (awalan) me-.
2. Mengetahui
bagaimana solusi yang diberikan oleh seorang guru dalam pembelajaran proses
prefiks ( awalan ) me- tersebut agar peserta didik mengerti.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Salah satu proses morfemis
adalah afiksasi. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau
bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur- unsur (1) dasar atau bentuk
dasar (2) afiks dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat
bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif. Namun, proses ini tidak
berrlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang tidak mengenal proses
afiksasi ini.
Bentuk dasar atau dasar
yang menjadi dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar, yakni bentuk
terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi, misalnya meja, beli, makan, dan
sikat. Dapat juga berupa bentuk kompleks, seperti terbelakang pada kata
keterbelakangan, berlaku pada kata memperlakukan, dan aturan pada kata
beraturan. Dapat juga berupa frase seperti ikut serta pada keikutsertaan, istri
simpanan pada istri simpanannya, dan tiba di Jakarta pada setiba di Jakarta.
Afiks adalah sebuah
bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam
proses pembentujan kata. Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya, dibedakan
adanya dua jenis afiks yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif. Yang dimaksud
dengan afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kaya- kata
inflektif atau paradigma infleksional. Misalnya prefiks me- yang inflektif dan prefiks me-
yang derivatif. Sebagai afiks inflektif prefiks me- menandai bentuk kalimat
indikatif aktif, sebagai kebalikan dari prefiks di- yang menandai bentuk indikatif pasif. Sebagai afiks derivatif,
prefiks me- membentuk kata baru,
yaitu kata identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya,
terdapat pada kata membengkak yang
berkelas verba dari dasar ajektifa atau mematung
yang berkelas verba dari dasar nomina.
Ada beberapa macam proses
afiksasi dan salah satunya adalah prefiks. Yang dimaksud dengan prefiks adalah
afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Prefiks dapat muncul bersama dengan
sufiks atau prefiks lain. Misalnya prefiks ber-
bersama sufiks –kan pada kata berdasarkan, prefiks me- dengan sufiks kan- pada kata mengiringkan, prefiks ber- dengan infiks
-em- dan sufiks –an pada kata bergemetaran.
2.2 Pembahasan
Masalah
Masalah yang akan dibahas
pada makalah ini adalah bagaimana afiksasi atau awalan pada afiks me- pada pembelajaran anak Sekolah
dasar. Pelajaran ini dipelajari oleh anak kelas V pada semester I. Masalah yang
terdapat pada anak- anak ini adalah mereka kurang bisa pada variasi awalan
me-.
·
Misalnya pada awalan me- menjadi men- kalau
dirangkaikan dengan kata asal yang awalnya huruf konsonan /d/, /c/, /j/.
Contohnya:
a. me + cubit à anak- anak biasanya
menulis menyubit yang seharusnya adalah
mencubit.
b. me + contoh à anak- anak biasanya
menulis menyontoh yang seharusnya
adalah mencontoh.
·
Awalan me- menjadi
meny- jika dirangkaikan dengan kata
yang huruf awalnya berkonsonan /s/.
Contohnya:
a. me + sapu à anak- anak biasanya
menulis mensapu yang seharusnya menyapu.
·
Awalan me-
yang mendapat imbuhan /sy/.
Contohnya:
a. me + syiarkan à anak- anak biasanya menulis menyiarkan
yang seharusnya adalah mensyiarkan.
Sehingga dapat diajarkan
kepada anak didik, ada beberapa variasi awalan me-
1.
Awalan me-
menjadi men- kalau dirangkaikan
dengan kata asal yang awalnya huruf konsonan /d/, /c/, /j/, /t/
Misalnya:
me + dapat à mendapat
me + debat à mendebat
me + curi à mencuri
me + cabut à mencabut
me + jumlah à menjumlah
me + jaga à menjaga
me + tulis à menulis
2.
Awalan me-
menjadi meny- jika dirangkaikan
dengan kata yang huruf awalnya berkonsonan /s/, konsonan /s/ umumnya luluh. Dan
yang berkonsonan /sy/, konsonan /sy/ tidak luluh.
Misalnya:
me + sapu à menyapu
me + syiarkan à mensyiarkan
3.
Awalan me-
menjadi meng- jika dirangkaikan
dengan kata yang huruf awalnya bervokal /a/, /i/, /e/, /u/, /o/, dan konsonan
/h/, /kh/, /k/.
Misalnya:
me + ambil à mengambil
me + injak à menginjak
me + ejek à mengejek
me + embun à mengembun
me + obral à mengobral
me + urus à mengurus
me + harap à mengharap
me + khayal à mengkhayal
me + karang à mengarang
me + alir à mengalir
4.
Awalan me- menjadi
mem- jika dirangkaikan dengan kata
yang huruf awalnya berkonsonan /b/, /p/, /f/, /v/
Misalnya:
me + beku à membeku
me + pukul à memukul
me + fitnah à memfitnah
me + veto à memveto
5.
Awalan me-
tetap berbentuk me- jika dirangkaikan
dengan kata yang awalnya berkonsonan /l/, /r/, /w/, /m/, /n/, /ng/, /ny/.
Misalnya:
me + laju à melaju
me + rusak à merusak
me + wangi à mewangi
me + minta à meminta
me + nari à menari
me + ngemil à mengemil
me + penyanyi à menyanyi.
6.
Awalan me-
yang mengalami perubahan dengan menge-
Misalnya :
me + suku tunggal ( tik )
à mengetik
me + suku tunggal ( bom ) à mengebom
me + suku tunggal ( pel )
à mengepel
me + suku tunggal ( las )
à mengelas
Dari penjelasan
pengimbuhan awalan me- di atas dapat
kita catat bahwa:
a.
Huruf fonem k,p,t,s diawal bentuk dasar luluh
sehingga yang terjadi adalah urutan bentuk:
meng-
mem-
men-
menye-
b.
Huruf c dan sy diawal bentuk dasar tidak luluh.
bentuk penulisannya
menjadi:
menc-
mensy-
me + cubit à mencubit bukan menyubit
me + contoh à mencontoh bukan menyontoh
me + cinta à mencinta bukan
menyinta
me + syiarkan à mensyiarkan bukan menyiarkan
me + syariatkan à mesyariatkan bukan menyariatkan
Solusi
terhadap Masalah
Jadi solusi yang diberikan
kepada anak didik ketika mengajarkan prefiks ( awalan ) me- ini adalah
1. Guru harus mampu
memberikan dan menjelaskan bagaimana awalan me-
itu ketika ditambah oleh huruf vokal ataupun huruf konsonan, apakah mengalami
peluluhan atau tidak mengalami peluluhan, kepada peserta didiknya.
2. Guru harus banyak
memberikan evaluasi (latihan) atau pekerjaan rumah kepada peserta didik yang
menyangkut masalah imbuhan yang diberi awalan (prefiks) tersebut.
3. Ketika peserta didik
(siswa) diberikan evaluasi (latihan) apabila ada yang tidak dimengerti siswa
maka guru harus mengulang kembali atau menjelaskan kembali beserta contoh,
sehingga siswa benar- benar mengerti.
4. Guru adalah model.
Sehingga guru harus mampu mencontohkan bagaimana penggunaan awalan tersebut,
baik dalam berbicara secara lisan maupun dalam tulisan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Bentuk
dasar yang berawal dengan fonem /t/, /j/, /c/, apabila mengikuti morfem afiks me- fonem tersebut akan luluh. Sedangkan
apabila dengan fonem /d/ fonem tersebut akan luluh.
·
Bentuk
dasar yang berwal dengan fonem /s/, apabila mengikuti morfem afiks me-, fonem tersebut akan luluh.
Sedangkan pada fonem /sy/ fonem tersebut tidak akan luluh
·
Bentuk
dasar yang berasal dari huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan huruf konsonan
/k/, /kh/, dan /h/ apabila ditambahkan dengan awalan me-, maka awalan akan berubah menjadi meng-
·
Bentuk
dasar yang berawal dengan fonem /p/, apabila mengikuti morfem afiks me-, fonem tersebut akan luluh.
Sedangkan, bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/, dan /f/, apabila
mengikuti morfem afiks me-, fonem
tersebut tidak akan luluh.
·
Awalan me-
tetap berbentuk me- jika dirangkaikan
dengan kata yang awalnya berkonsonan /l/, /r/, /w/, /m/, /n/, /ng/, /ny/.
3.2 Saran
Setelah
mengidentifikasi masalah- masalah yang terjadi pada siswa Sekolah Dasar (SD),
diharapkan guru mampu dan dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang
terjadi pada peserta didiknya dalam penggunaan prefiks me- tersebut.
Penulis
mengharapkan pembaca memberikan saran dan krikitan terhadap masalah yang
diungkapkan oleh penulis, sehingga dapat memberikan manfaat kepada pihak lain
yang membaca makalah ini.
hey thanks share-nya.....
BalasHapusGood guys🤩
BalasHapus