Sabtu, 19 Mei 2012

Masalah Morfologi pada Anak SD


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam morfologi dibicarakan seluk beluk morfem, bagaimana cara menentukan sebuah bentuk morfem atau bukan, bagaimana morfem- morfem itu menjadi sebuah kata yaitu satuan terkecil dalam sintaksis. Dan membahas bagaimana proses morfemis yang berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi dan modifikasi intern. 
a.       Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Proses afiksasi dapat dibedakan atas prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan tranfiks.
b.      Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian ( parsial ) maupun dengan perubahan bunyi.
c.        Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
d.      Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
e.       Sedangkan modifikasi intern adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur- unsur ( yang biasa berupa vokal ) ke dalam morfem yang berkerangka tetap ( yang biasanya berupa konsonan ).
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini bagaimana proses afiksasi yaitu prefiks (awalan) pada imbuhan me-.




1.2  Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa yang menjadi masalah bagi anak SD dalam tataran kajian proses morfemis yang berkenaan dengan salah satu proses afiksasi yaitu proses prefiks (awalan) me-.
2.      Apa solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut.
1.3  Tujuan penulisan
Makalah ini memiliki tujuan yaitu menganalisi permasalahan prefiks me- pada siswa SD dan mengkaji masalah tersebut. Berdasarkan teori dan pemahaman yang ada sehingga data menemukan solusi dari masalah tersebut.
Dengan ditemukannya solusi terhada masalah prefiks me- yang terjadi pada siswa SD tersebut, maka siswa dapat menggunakan kata berimbuhan dengan benar sesuai dengan kaedah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kajian Kebahasaan SD 1 , juga mempunyai manfaat antara lain :
1.      Menambah wawasan tentang proses morfemis yang yang berkenaan dengan salah satu proses afiksasi yaitu proses prefiks (awalan) me-.
2.      Mengetahui bagaimana solusi yang diberikan oleh seorang guru dalam pembelajaran proses prefiks ( awalan ) me- tersebut agar peserta didik mengerti.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Salah satu proses morfemis adalah afiksasi. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur- unsur (1) dasar atau bentuk dasar (2) afiks dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif. Namun, proses ini tidak berrlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang tidak mengenal proses afiksasi ini.
Bentuk dasar atau dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar, yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi, misalnya meja, beli, makan, dan sikat. Dapat juga berupa bentuk kompleks, seperti terbelakang pada kata keterbelakangan, berlaku pada kata memperlakukan, dan aturan pada kata beraturan. Dapat juga berupa frase seperti ikut serta pada keikutsertaan, istri simpanan pada istri simpanannya, dan tiba di Jakarta pada setiba di Jakarta.
Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentujan kata. Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya, dibedakan adanya dua jenis afiks yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif. Yang dimaksud dengan afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kaya- kata inflektif atau paradigma infleksional. Misalnya prefiks me- yang inflektif dan prefiks me- yang derivatif. Sebagai afiks inflektif prefiks me- menandai bentuk kalimat indikatif aktif, sebagai kebalikan dari prefiks di- yang menandai bentuk indikatif pasif. Sebagai afiks derivatif, prefiks me- membentuk kata baru, yaitu kata identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya, terdapat pada kata membengkak yang berkelas verba dari dasar ajektifa atau mematung yang berkelas verba dari dasar nomina.
Ada beberapa macam proses afiksasi dan salah satunya adalah prefiks. Yang dimaksud dengan prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Prefiks dapat muncul bersama dengan sufiks atau prefiks lain. Misalnya prefiks ber- bersama sufiks –kan pada kata berdasarkan, prefiks me- dengan sufiks kan- pada kata mengiringkan, prefiks ber- dengan infiks -em- dan sufiks –an pada kata bergemetaran.
2.2  Pembahasan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah bagaimana afiksasi atau awalan pada afiks me- pada pembelajaran anak Sekolah dasar. Pelajaran ini dipelajari oleh anak kelas V pada semester I. Masalah yang terdapat pada anak- anak ini adalah mereka kurang bisa pada variasi awalan me-. 
·         Misalnya pada awalan me- menjadi men- kalau dirangkaikan dengan kata asal yang awalnya huruf konsonan /d/, /c/, /j/.
Contohnya:
a.       me + cubit à anak- anak biasanya menulis menyubit yang seharusnya adalah mencubit.
b.      me +  contoh à anak- anak biasanya menulis menyontoh yang seharusnya adalah mencontoh.
·         Awalan me- menjadi meny- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya berkonsonan /s/.
Contohnya:
a.       me + sapu à anak- anak biasanya menulis mensapu yang seharusnya menyapu.
·         Awalan me- yang mendapat imbuhan /sy/.
Contohnya:
a.       me + syiarkan à  anak- anak biasanya menulis  menyiarkan yang seharusnya adalah mensyiarkan.
      Sehingga dapat diajarkan kepada anak didik, ada beberapa variasi awalan me-
1.      Awalan me- menjadi men- kalau dirangkaikan dengan kata asal yang awalnya huruf konsonan /d/, /c/, /j/, /t/
Misalnya:
me + dapat   à mendapat
me + debat   à mendebat
me + curi      à mencuri
me + cabut   à mencabut
me + jumlah à menjumlah
me + jaga     à menjaga
me + tulis     à menulis
2.      Awalan me- menjadi meny- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya berkonsonan /s/, konsonan /s/ umumnya luluh. Dan yang berkonsonan /sy/, konsonan /sy/ tidak luluh.
Misalnya:
me + sapu       à  menyapu
me + syiarkan à mensyiarkan
3.      Awalan me- menjadi meng- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya bervokal /a/, /i/, /e/, /u/, /o/, dan konsonan /h/, /kh/, /k/.
Misalnya:
me + ambil   à mengambil
me + injak    à menginjak
me + ejek     à mengejek
me + embun à mengembun
me + obral   à mengobral
me + urus    à mengurus
me + harap  à mengharap
me + khayal à mengkhayal
me + karang à mengarang
me + alir      à mengalir
4.      Awalan me- menjadi mem- jika dirangkaikan dengan kata yang huruf awalnya berkonsonan /b/, /p/, /f/, /v/
Misalnya:
me + beku   à membeku
me + pukul à memukul
me + fitnah à memfitnah
me + veto   à memveto
5.      Awalan me- tetap berbentuk me- jika dirangkaikan dengan kata yang awalnya berkonsonan /l/, /r/, /w/, /m/, /n/, /ng/, /ny/.
Misalnya:
me + laju          à melaju
me + rusak       à merusak
me + wangi      à mewangi
me + minta       à meminta
me + nari          à menari
me + ngemil     à mengemil
me + penyanyi à menyanyi.
6.      Awalan me- yang mengalami perubahan dengan menge-
Misalnya :
me + suku tunggal  ( tik )    à mengetik
me + suku tunggal  ( bom ) à mengebom
me + suku tunggal  ( pel )   à mengepel
me + suku tunggal  ( las )   à mengelas
Dari penjelasan pengimbuhan awalan me- di atas dapat kita catat bahwa:
a.       Huruf fonem k,p,t,s diawal bentuk dasar luluh sehingga yang terjadi adalah urutan bentuk:
meng-
mem-
men-
menye-
b.      Huruf c dan sy diawal bentuk dasar tidak luluh.
bentuk penulisannya menjadi:
                                                  menc-
                                                  mensy-

me + cubit à mencubit                                    bukan menyubit
me + contoh à mencontoh                              bukan menyontoh
me + cinta à mencinta                                     bukan menyinta
            me + syiarkan à mensyiarkan                          bukan menyiarkan
me + syariatkan à mesyariatkan                      bukan menyariatkan

Solusi terhadap Masalah
Jadi solusi yang diberikan kepada anak didik ketika mengajarkan prefiks ( awalan ) me- ini adalah
1.      Guru harus mampu memberikan dan menjelaskan bagaimana awalan me- itu ketika ditambah oleh huruf vokal ataupun huruf konsonan, apakah mengalami peluluhan atau tidak mengalami peluluhan, kepada peserta didiknya.
2.      Guru harus banyak memberikan evaluasi (latihan) atau pekerjaan rumah kepada peserta didik yang menyangkut masalah imbuhan yang diberi awalan (prefiks) tersebut.
3.      Ketika peserta didik (siswa) diberikan evaluasi (latihan) apabila ada yang tidak dimengerti siswa maka guru harus mengulang kembali atau menjelaskan kembali beserta contoh, sehingga siswa benar- benar mengerti.
4.      Guru adalah model. Sehingga guru harus mampu mencontohkan bagaimana penggunaan awalan tersebut, baik dalam berbicara secara lisan maupun dalam tulisan.
    
 BAB III
   PENUTUP

3.1 Kesimpulan
·         Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/, /j/, /c/, apabila mengikuti morfem afiks me- fonem tersebut akan luluh. Sedangkan apabila dengan fonem /d/ fonem tersebut akan luluh.
·         Bentuk dasar yang berwal dengan fonem /s/, apabila mengikuti morfem afiks me-, fonem tersebut akan luluh. Sedangkan pada fonem /sy/ fonem tersebut tidak akan luluh
·         Bentuk dasar yang berasal dari huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan huruf konsonan /k/, /kh/, dan /h/ apabila ditambahkan dengan awalan me-, maka awalan akan berubah menjadi meng-
·         Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p/, apabila mengikuti morfem afiks me-, fonem tersebut akan luluh. Sedangkan, bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/, dan /f/, apabila mengikuti morfem afiks me-, fonem tersebut tidak akan luluh.
·         Awalan me- tetap berbentuk me- jika dirangkaikan dengan kata yang awalnya berkonsonan /l/, /r/, /w/, /m/, /n/, /ng/, /ny/.
3.2 Saran
      Setelah mengidentifikasi masalah- masalah yang terjadi pada siswa Sekolah Dasar (SD), diharapkan guru mampu dan dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang terjadi pada peserta didiknya dalam penggunaan prefiks me- tersebut.
      Penulis mengharapkan pembaca memberikan saran dan krikitan terhadap masalah yang diungkapkan oleh penulis, sehingga dapat memberikan manfaat kepada pihak lain yang membaca makalah ini.




2 komentar: